Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
D
|
i tepi pantai diantara kampung Baru dan kampung
Mariso, berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar yang salah satu jendelanya
menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda bernama Zainuddin, yang berusia
sekitar 19 tahun tinggal bersama ibu angkatnya yang bernama Mak Base. Ia sejak
kecil telah ditingal mati kedua orang tuanya. Sebelum ayahnya meninggal ia
mengatakan bahwa negerinya yang asli bukan Mengkasar, tetapi jauh di seberang
lautan yang lebih indah dari negeri yang didiaminya sekarang, dan di sanalah
asal nenek moyangnya.
Ayahnya berasal dari negeri kecil
dalam wilayah Batipuh X Koto(Padang Panjang) yang bergelar Pendekar Sutan.
Ayahnya diusir dari Batipuh dan dibuang 15 tahun di pembuangan Cilacap,
lantaran ia telah membunuh mamaknya yang bernama Datuk Mentari Labih. Pekaranya
karena mamaknya menggunakan warisan peninggalan ibunya seorang diri dan
melarangnya menggunakan warisan itu. Sehabis masa hukumannya ia pergi ke
Mengkasar, walaupun hatinya ingin pulang ke Minangkabau. Ia menikah dengan
gadis Mengkasar bernama Daeng Habibah, anak orang tua keturunan Melayu tempat
ia menumpang di Mengkasar. 4 tahun berumah tangga mereka dikarunuai anak yang
diberi nama Zainuddin.
Sepeninggal orang tuanya Zainuddin
diasuh oleh Mak Base. Suatu hari ia mengutarakan keinginannya untuk pergi ke
Padang negeri asal ayahnya dilahirkan pada orang tua angkatnya itu. Tapi Mak
Base berat melepas anak angkatnya itu karena sudah sejak kecil Zainuddin diasuh
layaknya anak sendiri. Tapi akhirnya bulat keputusan mereka bahwa Zainuddin
akan pergi ke Padang mencari
keluarga ayahnya. Sebelum berangkat Zainuddin dan Mak Base mengunjungi makam orang tuanya. Pukul 5 sore kapal akan berangkat. Mereka berdua saling menangis saat berpisah di pelabuhan. Selepas Zainuddin ke Padang, Mak Base pulang ke Bulukumba menemui keluarganya yang masih ada.
keluarga ayahnya. Sebelum berangkat Zainuddin dan Mak Base mengunjungi makam orang tuanya. Pukul 5 sore kapal akan berangkat. Mereka berdua saling menangis saat berpisah di pelabuhan. Selepas Zainuddin ke Padang, Mak Base pulang ke Bulukumba menemui keluarganya yang masih ada.
Setibanya di Padang, Zainuddin
segera mencari keluarga ayahnya di dusun Batupuh. Setelah bertemu dan
berkenalan dengan keluarga bakonya, ia sangat bahagia tapi lambat laun mulai
menghilang karena kehidupannya di sana tak seperti yang ia bayangkan. Di
Batipuh ia bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis cantik dan beradat
bernama Hayati. Setelah pertemuan di Elok Lubuk itu, hubungan mereka berdua
mulai diwarnai dengan cinta dan mulai surat-menyurat. Tapi yang mereka berdua
lakukan telah menjadi buah bibir warga dan ditentang oleh mamaknya Hayati,
karena berkiriman surat itu dilarang oleh adat. Dan akhirnya Zainuddin pun
diusir dari Batipuh dan disuruh pergi ke Padang Panjang. Di perbatasan dusun,
Hayati melepas kepergian Zainuddin dan mengucap janji akan menunggu Zainuddin
sampai ia kembali.
Di Padang Panjang, Zainuddin
menuntut ilmu untuk bekal hidupnya. Ia juga selalu surat-menyurat denga Hayati.
Di Padang Panjang tiap satu tahun sekali diadakan pacuan kuda dan pasar malam.
Seluruh warga Padang menonton acara itu,tak ketinggalan pula Hayati dan Mamak
Tangahnya. Hayati dan Mamaknya itu tinggal di rumah khadijah sahabat Hayati. Di
sanalah ia berkenakan dengan Azis keponakan Khadijah. Dan di acara itu pula ia
bertemu dengan Zainuddin kekasihnya tapi hanya sekejap saja, karena nampaknya
Khadijah tidak suka melihat temannya itu bersama dengan Zainuddin. Di acara itu
pula Hayati mulai mengenal kehidupan kawannya di kota yang serba mewah itu.
Tapi Zainuddin tidak setuju dengan pakaian yang dipakai Hayati.Namun Khadijah
juga tidak suka dengan penampilan Hayati dan Zainuddin yang masih kuno itu.
Sepulangnya dari melihat pasar malam
dan pacuan kuda, Hayati agaknya terpengaruh denga katakata Khadijah. Ia mulai
rindu dengan keadaan yang ia alami di rumah Khadijah,rindu dengan kemewahan
yang ia rasakan, dan rindu pada Azis yang pandai merayu itu. Tapi setelah itu
ia ingat dengan Zainuddin yang amat ia cintai dan kasihani lantaran kemalangan selalu
menimpanya.
Setelah pertemuannya dengan Hayati
di rumah Khadijah,Azis agaknya mulai suka dengan Hayati. Keluarga Azis
mengirimkan wakilnya untuk meminang Hayati dengan pengaruh bahwa keluarganya
beruang,beradat sama,dan tak kurang suatu apa. Suatu hari Zainuddin mendapat
surat dari Daeng Masinga yang mengabarkan bahwa Mak Base ibu angkatnya telah
meninggal dan ia meninggalkan warisan sebesar Rp 3.200,00 untuknya. Menerima
kabar itu hatinya sangat sedih timbul niatannya untuk bunuh diri, tapi diurungkan
niatnya itu. Karena pikirnya dengan uang yang ia miliki ia memberanikan diri
meminang Hayati melalui surat yang ia kirimka ke Batipuh. Dengan adat yang ada
Ninik Mamak Hayati memutuskan menerima pinangan Azis. Dan Hayati juga terpaksa
menerima keputusan itu.Menerima surat penolakan itu,hati Zainuddin makin hancur
dan ia pun makin sedih. Akhirnya ia ceritakan segala derita hidupnya pada Muluk
sahabatnya yang sangat ia percaya. Dan ia meminta bantuan pada temannya itu
agar menyelidiki Azis. Muluk pun menceritakan segala keburukan Azis. Dan
Zainuddin menulis surat untuk memperingatkan Hayati akan calon suaminya. Tapi
Hayati menolak segala permintaan Zainuddin dengan kata-kata yang cukup
menyakitkan untuk Zainuddin.
Setelah itu Zainuddin sakit cukup
lama yaitu 2 bulan. Dalam sakitnya ia mengigaukan nama Hayati. Atas permintaan
dokter akhirnya Hayati ditemani suaminya dibawa ke Padang Panjang untuk
menjenguk Zainuddin agar ia bias cepat sembuh.Tapi apa daya karena Hayati telah
menjadi milik orang lain.
Setelah sembuh dari sakitnya
Zainuddin sepakat untuk pergi ke Jawa,untuk mewujudkan cita-citanya bersama
temannya Muluk. Di sanalah dia menjadi terkenal sebagai seorang pengarang
dengan sebutan letter”Z”, dan mengganti namanya menjadi Shabir. Dari Jakarta
lalu ia pindah ke Surabaya.Hayati dan suaminya juga pindah ke Jawa karena Azis
dipindahtugaskan ke sana. Di tempat Club Anak Sumatra,Zainuddin bertemu dangan
Hayati da Azis kembali. Setelah pindah ke Surabaya kelakuan Azis mulai
berubah,mulai bersikap kasar,dan kehidupan mereka mulai kekurangan.Azis juga
mulai mengutang pada Zainuddin.
Tiba pada suatu hari,Azis dan Hayati
diusir dari tempat tinggal mereka karena hutang Azis yang menumpuk.Sejak saat
itu mereka menumpang selama beberapa bulan di rumah Zainuddin.Akhirnya Azis
memutuskan untuk mencari kerja di Banyuwangi dan menitipkan Hayati pada
Zainuddin selama ia pergi.Suatu hari Azis mengirimkan surat cerai Pada Hayati
dan mengirimkan surat pada Zainuddin yang berisi kata maaf.Dan terdengar kabar
bahwa Azis bunuh diri di Banyuwangi.Hayati ingin tinggal dengan Zainuddin di
Surabaya namun Zainuddin tak mengizinkannya dan menyuruhnya pulang ke kampung.
Sebelum Hayati pergi Muluk
membawakannya gambar Zainuddin pada Hayati. Dengan kapal Van der Wijck Hayati
pulang ke Padang dan diantar Muluk sampai pelabuhan. Sebelum kapal berangkat
Hayati menitipkan surat untuk Zainuddin pada Muluk.Di Malang Zainuddin
memimpikan Hayati yang terus menyebut-nyebut namanya. Maka pulanglah ia ke
Surabaya.Sesampainya di rumah,Muluk memberikan surat Hayati yang terakhir pada
Zainudddin.Setelah membacanya ia berubah pikiran dan memutuskan untuk menjemput
hayati ke Jakarta.
Pagi harinya saat ia membaca
koran,ia panik karena kapal yang ditumpangi Hayati yaitu kapal Van der Wijck
telah karam. Ia mulai panik dan mengajak Muluk ke Lamongan untuk mencari
Hayati.Setibanya di sana ia menemukan Hayati masih hidup tapi dalam keadaan
yang buruk. Di sanalah pertemuan terakhir Zainuddin dengan Hayati sebelum
akhirnya Hayati meninggal. Hayati dimakamkan di Surabaya.
Hampir setiap hari Zainuddin
mengunjungi makam Hayati. Ia sangat menyesal atas perbuatannya yang telah
menyuruh Hayati pulang ke kampung. Karena meratapi nasibnya, makin hari
tubuhnya makin kurus dan mulai sakit. Setelah kepergian Hayati tak banyak orang
yang tau keadaan Zainuddin. Tiba-tiba pada suatu hari tertulis di koran bahwa
pengarang terkenal yang bernama Zainuddin itu telah meninggal. Ia dimakamkan di
dekat makam Hayati.Zainuddin meninggalkan surat wasiat yang isinya memberikan
sejumlah uangnya di bank untuk Muluk sahabatnya,memberikan harta peninggalan
orangtuanya di Mengkasar untuk Daeng Masinga,dan menyerahkan karangannnya pada
Club Anak Sumatra untuk sedapat-dapatnya dicetak dan uangnya diberikan pada orang
kurang mampu.
No comments :
Post a Comment